Dahulunya nama Kota jayapura adalah Hollandia yang berasal dari kata Hol yang berarti lengkungan
dan land yang berarti tanah. Jadi Holandia sendiri berarti tempat yang berteluk. Nama Hollandia diberikan oleh Kapten Sachses dari Belanda pada tahun 1910 karena
kondisi geografi kota ini yang berteluk-teluk mirip dengan garis pantai utara Belanda.
dan land yang berarti tanah. Jadi Holandia sendiri berarti tempat yang berteluk. Nama Hollandia diberikan oleh Kapten Sachses dari Belanda pada tahun 1910 karena
kondisi geografi kota ini yang berteluk-teluk mirip dengan garis pantai utara Belanda.
Dari nama Hollandia, kota ini berganti nama menjadi Kota Baru dan Sukarnopura sebelum akhirnya berganti nama menjadi Jayapura pada tahun 1968 hingga sekarang. Jayapura sendiri berasal dari Bahasa Sanskerta, jaya yang berarti kemenangan dan pura yang berarti pura, sehingga Jayapura berarti Kota Kemenangan. Dari dulu Jayapura sudah menjadi tempat singgah orang-orang bangsa asing seperti bangsa Spanyol yang diwakili oleh rombongan penjelajah dibawah pimpinan Ynico Ortis De Fretes.
Dia berhasil tiba di Papua dan memberi nama Nova Guinea pada tanah Papua pada tahun 1545. Sementara itu untuk tanah Papua bagian utara dari Belanda Nugini pada tahun 1942 diduduki oleh pasukan Jepang yang kemudian berhasil diusir oleh tentara sekutu. Dan pernah menjadi markas Jendral Douglas MacArthur.
KONDISI JAYAPURA SAAT INI :
1.Transportasi.
Kampung Tobati & Enggros hanya dapat ditempuh dengan menggunakan transportasi laut, karena terletak ditengah Teluk Youtefa, sementara ini transportasi disediakan oleh masyarakat secara tradisional, dan baru sebatas untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, sehingga apabila ada wisatawan yang ingin berkunjung kekawasan obyek wisata Teluk Youtefa harus terlebih dahulu menghubungi masyarakat setempat untuk menyiapkan perahu. Ada beberapa alternatif dermaga untuk menjangkau kawasan Teluk Youtefa yaitu : Dermaga di pantai Hamadi, Muara Sungai Hanyaan, Pantai Vim, Pantai Abe dan Tanah Hitam.
2.Akomodasi
Rumah-rumah penduduk yang ada di kampung Tobati & Enggros masih tergolong tradisional, ada beberapa rumah yang sudah cukup baik untuk dijadikan home stay, hanya masih diperlukan penyediaan MCK dan listrik.
3.Restouran/Rumah Makan
Salah satu kebutuhan wisatawan yang paling pokok adalah makan minum, saat ini di kampung Tobati & Enggros belum tersedia tempat makan minum yang disediakan oleh masyarakat, namun apabila ada pesanan dari pengunjung terlebih dahulu masyarakat bersedia menyiapkannya, hal ini dikarenakan belum rutinnya kunjungan wisatawan ke obyek wisata Teluk Youtefa, adapun makanan lokal yang dapat disediakan oleh masyarakat adalah : papeda, ikan bakar, cumi-cumi, udang, kepiting, sate bia dan lain-lain. Semua bahan makanan tersebut tersedia dikawasan ini.
4.Obyek dan Daya Tarik Wisata
Kampung Tobati & Enggros (kawasan Teluk Youtefa) memiliki obyek wisata sejarah masuknya injil di tanah Tabi yang saat ini telah di dirikan Monumen Masuknya Injil di Kota Jayapura, obyek wisata peninggalan Perang Dunia Kedua, wisatawan juga dapat menyaksikan atau bersama-sama masyarakat memancing secara tradisional, main bola dalam air, lapangan timbul tenggelam yang pada saat-saat tertentu dapat dijadikan tempat main bola.
Juga pada waktu-waktu tertentu sering diadakan pertunjukan budaya oleh masyarakat, seperti dansa adat.
Juga pada waktu-waktu tertentu sering diadakan pertunjukan budaya oleh masyarakat, seperti dansa adat.
5.Cenderamata
Berkat hasil study banding ibu-ibu ondoafi ke beberapa pusat industri kerajinan di Yogyakarta dan Bali. Saat ini, sudah ada beberapa ibu-ibu yang sudah mulai memanfaatkan bahan baku yang ada dilingkungannya untuk dijadikan cenderamata, hanya saja masih membutuhkan perhatian dan pembinaan secara kontinyu melalui pelatihan-pelatihan untuk menciptakan kreasi-kreasi yang lain.
6.Infrastruktur
Karena lokasi kedua kampung ini berada di tengah Teluk Youtefa, maka pengunjung sangat membutuhkan dermaga untuk menjangkau kawasan tersebut. Dan juga listrik yang sangat dibutuhkan baik untuk keperluan masyrakat secara umum mapun wisatawan.
Inilah daerah wisata alam jayapura yang bisa dikunjungi :
1. Melihat dan melintas perbatasan RI-PNG
Perjalanan dari kota Jayapura melalui perkampungan transmigran yang telah ramai dan subur, berkelak kelok menyusuri perbukitan, serta menerobos hutan yang masih lebat. Jarak tempuh 1,5 jam, jalan mulus sekali. Apabila ingin dapat berkunjung ke kampung Putung di PNG, maka Anda harus menyiapkan paspor dan Visa (yang dapat diurus di Kantor Imigrasi PNG di Jayapura). Sayang saya tak menyiapkan kedua hal tersebut, maklum berpikir dapat melintasi perbatasan saja tak pernah, dan setelah tahu hanya 1,5 jam dan situasi aman maka barulah kami berpikir ingin melintas perbatasan. Jalan indah, mulus, dan lengang.
dscn2240_resize.jpgSebelum masuk perbatasan kami melapor dulu pada tentara RI yang menjaga perbatasan, bahkan sempat berpose bersama mereka.dscn2241_resize.jpg Kemudian kami juga mengajak mengobrol orang-orang PNG yang sedang melintas batas ke wilayah Indonesia, untuk bertransaksi. dscn2274_resize.jpgTak terbayangkan bahwa diperbatasan, dipuncak gunung dan pemandangan laut dibawahnya , banyak terjadi transaksi antara orang Papua dan PNG. Kamipun melapor ke Mr. Jeffrey Owen, Customs Border Operation untuk wilayah PNG dan diperbolehkan hanya sampai sebatas mengunjungi pasar PNG yang terdiri dari 10 tenda berwarna biru. Desa Putung, PNGDari sini kami bisa melihat desa Putung ditepi laut, dan kota terdekat (Vanimo) berjarak tempuh 2 hari dari perbatasan. Gerbang masuk ke PNGKalaupun punya Visa, sebetulnya kami hanya bisa mengunjungi perkampungan Desa Wutung saja. Orang PNG menggunakan bahasa Inggris dengan dialek Fiji, dan mata uangnya Kina (1 Kina= Rp.3000,-)
dscn2240_resize.jpgSebelum masuk perbatasan kami melapor dulu pada tentara RI yang menjaga perbatasan, bahkan sempat berpose bersama mereka.dscn2241_resize.jpg Kemudian kami juga mengajak mengobrol orang-orang PNG yang sedang melintas batas ke wilayah Indonesia, untuk bertransaksi. dscn2274_resize.jpgTak terbayangkan bahwa diperbatasan, dipuncak gunung dan pemandangan laut dibawahnya , banyak terjadi transaksi antara orang Papua dan PNG. Kamipun melapor ke Mr. Jeffrey Owen, Customs Border Operation untuk wilayah PNG dan diperbolehkan hanya sampai sebatas mengunjungi pasar PNG yang terdiri dari 10 tenda berwarna biru. Desa Putung, PNGDari sini kami bisa melihat desa Putung ditepi laut, dan kota terdekat (Vanimo) berjarak tempuh 2 hari dari perbatasan. Gerbang masuk ke PNGKalaupun punya Visa, sebetulnya kami hanya bisa mengunjungi perkampungan Desa Wutung saja. Orang PNG menggunakan bahasa Inggris dengan dialek Fiji, dan mata uangnya Kina (1 Kina= Rp.3000,-)
2. Pura Agung Surya Bhuvana Jayapura.
Pura Hindu Bali ini terletak di perbukitan, dengan pemandangan Teluk Jayapura di kejauhan.Pura Hindu di Jayapura
3. Wisaata Monumen Jendral Mac Arthur.
Monumen ini terletak di Ifar Gunung, yang kemudian dikenal dengan Bukit Makatur. Konon dulunya Jendral Mac Arthur saat PD II mendarat pertama kalinya di Papua, di pelabuhan Hamadi (sekarang menjadi markas AL Jayapura), kemudian berjalan mendaki melalui Sentani. Bukit Makatur terletak di atas danau Sentani, jarak tempuh dari kota Jayapura 45 menit, melewati jalan berkelak kelok menyusuri laut Jayapura, terus dilanjutkan berkelok kelok menyusuri Danau Sentani, kemudian terus naik ke bukit. Dari bukit Makatur kita disuguhi pemandangan Danau Sentani dan landasan lapangan terbang Sentani yang terlihat dari atas. Di bukit ini ada museum dan situs ini sekarang di bawah Situs yang dilindungi perlindungan Dinas Purbakala.
Wisata Monumen Jend Mac Arthur
Dalam perjalanan pulang, apabila anda merasa lapar, maka anda dapat singgah direstoran di tepi danau Sentani. Restoran yang banyak dikunjungi adalah “Yougwa Retaurant”, menyajikan masakan ikan yang diambil langsung dari danau.
Dermaga Yogwa Restaurant di Danau SentaniSelesai makan siang di Yougwa RestaurantAda lagi makanan khas yaitu tumis kangkung bunga pepaya, konon untuk mencegah sakit malaria karena gigitan nyamuk. Selama di Jayapura saya sering makan masakan ini, rasanya pahit dan pedas.
Dermaga Yogwa Restaurant di Danau SentaniSelesai makan siang di Yougwa RestaurantAda lagi makanan khas yaitu tumis kangkung bunga pepaya, konon untuk mencegah sakit malaria karena gigitan nyamuk. Selama di Jayapura saya sering makan masakan ini, rasanya pahit dan pedas.
4. Wisata Penangkaran Buaya di Entrop, Jayapura
Jarak tempat penangkaran buaya ini 30 menit dari kota Jayapura, searah dengan pura Hindu dan Bukit Makatur. Pemilik “Bintang Mas” (nama tempat penangkaran buaya) konon juga pemilik bangunan PTC (Papua Trade Center). Papua Trade CenterTerdapat 40 kolam penangkaran, dan jumlah buaya yang ada di kolam saat itu sekitar 200 ekor.Kolam penangkaran buaya Ijinnya diperoleh dari Ditjen Peternakan, yang akan diperbarui setiap tahunnya, berapa banyak buaya yang boleh dipelihara, serta buya yang diperdagangkan dalam kurun waktu satu tahun. Apabila melanggar, pengusaha dikenai sanksi. Makanan buaya diperoleh dari daging dan ikan, harga buaya didasarkan atas panjang tubuhnya, dan setiap inci harganya saat ini Rp.30.000,-. Yang boleh diperdagangkan adalah buaya yang telah memiliki panjang minimal 12 inci.Pak Nengah mencoba memegang buaya
Selain kulitnya, yang diminati adalah dagingnya, dapat dibuat berbagai makanan olahan seperti dendeng buaya, namun saya tak berani mencoba. Juga tangkur buaya, yang konon katanya dapat menjadi obat kuat kaum lelaki. Daging buaya maupun tangkur buaya dapat diperoleh di PTC
.
Selain kulitnya, yang diminati adalah dagingnya, dapat dibuat berbagai makanan olahan seperti dendeng buaya, namun saya tak berani mencoba. Juga tangkur buaya, yang konon katanya dapat menjadi obat kuat kaum lelaki. Daging buaya maupun tangkur buaya dapat diperoleh di PTC
.
5. Menikmati sunset di Polimak.
Polimak adalah nama daerah, yang mempunyai bukit tinggi dan diatasnya penuh antena TV, dari segala macam stasiun pemancar TV. Disitu juga ada tulisan “Jayapura City” yang sangat besar, terlihat dari laut dan kota Jayapura, dan kalau malam diterangi oleh lampu. Dibawah menara Jayapura CitySayangnya potensi wisata disini belum tergarap dengan baik, tiang beton pancang tempat tulisan Jayapura City dibiarkan begitu saja, mmbahayakan pengunjung terutama yang membawa anak-anak. Kota Jayapura dilihat dari Menara Jayapura CityPadahal, jika saja diberi pembatas agar aman, atau diberi atap dan kaca, serta ada cafe, maka daerah tersebut dapat menjadi daerah yang sangat menarik banyak pengunjung.
6. Mencari souvenir di pasar Hamadi
Pasar Hamadi di kenal sebagai tempat menjual berbagai souvenir khas kerajinan tangan Papua, dari suku Asmat maupun dari Lembah Baliem, Wamena. Saat ini sedang dibangun pasar Hamadi, yang nantinya bertingkat, dan dibawahnya digunakan sebagai area parkir. Di depan toko souvenirDi Hamadi saya membeli koteka dan berbagai gelang dari akar tanaman, teman saya membeli alat perang suku Lembah Baliem, serta lainnya membeli topi yang sering digunakan Kepala Suku terbuat dari bulu burung Kasuari.